Oetune Beach
Oetune Beach - Timor Tengah Selatan
Saturday, November 18, 2017
Peco Sushi Lippo Plaza
Mencari makan di Kupang, NTT ini gampang-gampang susah. Pada awal-awal saya di sini, kira-kira masih 2-3 mingguan, cukup bingung mencari rumah makan yang 'berselera' menurut lidah Jawa saya yang masih doyan manis-manis. Rata-rata warteg di sini, (iya warteg banyak juga loh di Kupang), tidak semedhok rasa seperti warteg-warteg di pulau Jawa atau Jakarta khususnya. Selera lokal berbeda karena kurang suka yang manis-manis dan cenderung agak asin atau kering-kering.
Mulailah kami coba-mencoba setiap rumah makan yang kami temukan di sini, dari warteg dekat rumah, sampai jauh-jauh di daerah Tenau sana, Bill's Cafe (Reviewnya menyusul nanti). Nah, kebetulan saat itu saya lagi pingin banget makan Sushi, ngidam banget sama Chuko Idako, tapi bingung mau cari Sushi di mana, karena sekeliling daerah saya hingga ke pantai Pasir Panjang, nggak ketemu restoran Jepang.
Akhirnya kami ngadem aja di Lippo Plaza. Eh ndelalah kok yang selama ini nggak kelihatan, kok ada restoran Jepang, Sushi khususnya. Namanya Peco Sushi (Yang terus terang selama di Jakarta, aku nggak pernah dengar or ngelihat restorannya). Akhirnya kami masuk ke dalam dan menunya sangat beragam! Dari Sushi sampai Bento ada.
Chuko Idako & Tuna Roll !! Oishii! |
Ocha-nya Refill Lho! |
Ini Kesukaan Si Pappie Luly Teriyaki Beef Bento |
Nona Suka Tuna Roll! |
Welcome to my Kupang Life
Life Begins at 40
Saya pernah berdoa kepada Tuhan, untuk diberikan kesempatan pindah ke daerah yang dekat pantai, agar bisa menikmati suasana pantai gratis dekat dan bisa ngebir cantik menikmati sunset sesering mungkin, daerah yang jarang demo anti penista agama, daerah yang damai aman, tanpa konflik, daerah yang rukun penduduk ragam agama dan daerah yang menghargai perbedaan.
Secara spesifik saya berdoa pingin pindah ke Bali.
Bandara International El-Tari Kupang |
Saya pernah berdoa kepada Tuhan, untuk diberikan kesempatan pindah ke daerah yang dekat pantai, agar bisa menikmati suasana pantai gratis dekat dan bisa ngebir cantik menikmati sunset sesering mungkin, daerah yang jarang demo anti penista agama, daerah yang damai aman, tanpa konflik, daerah yang rukun penduduk ragam agama dan daerah yang menghargai perbedaan.
Tidak berapa lama, doa saya dikabulkan. Suami saya ditugaskan di suatu daerah dekat pantai, dengan iklim yang sangat hangat dan banyak penjual minuman yang saya suka di seluruh kota :) seperti di Bali lah kira-kira.

Tapi bukan di Bali. Suami saya ditempatkan tugas di daerah yang jaraknya 2 kali lipat Jakarta-Bali, melainkan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur.
He he he, awalnya saya terkejut, karena saya merasa Tuhan sedang bercanda, alih-alih ke Bali kok malah ke Kupang yang sama sekali saya tidak pernah bayangkan.
Namun saya kemudian menyesal, saya berdoa minta ampun, Tuhan tidak bercanda, Tuhan kasih berkat ke saya, Tuhan mendengar dan mengabullkan semua doa saya, walaupun tidak ‘persis’ keinginan saya, tetapi Tuhan tahu ini yang terbaik untuk suami, saya dan anak kami.
Sejak berita mutasi suami itulah, bayangan tentang Kupang agak ngeri-ngeri sedap di kepala saya. Mulailah rajin saya browsing, apa sih Kupang? Bagaimana penduduknya? Bagaimana makanannya? Fasilitas umum dan transportasi bagaimana yang ada di Kupang. Mendadak saya merasa tambah ngeri. Jarang sekali informasi akurat yang ada di internet mengenai kota Kupang. Mayoritas hanya restoran terkenal di kota tersebut, dan mungkin hanya 15 maksimal yang bisa dilihat di tripadvisor. Info sekolah, rumah sakit, puskesmas, sangat jarang ditemukan di website. Terus terang saya agak takut dan ragu untuk ikut pindah.
Tapi tidak mungkin saya tinggal sendiri di Jakarta, walaupun sanak saudara dan ibu tinggal di sana semua, tapi salah satu komitmen yang kami pegang saat menikah dulu, adalah tidak akan tinggal terpisah satu sama lain, apalagi saat ini statusku adalah pengacara alias pengangguran banyak acara, tidak ada alasannya aku tetap stay di Jakarta sedangkan suamiku merantau sendiri ke kota yang jaraknya hampir 3000 km itu dari sini.
Setelah sebulan lebih menata hati dan harap-harap cemas, akhirnya kami mendarat di bandara El Tari, Kupang – NTT. Rumah dinas kami berada dekat bandara dan agak ‘remote’ dari perkotaan, namun tidak terlalu jauh dibanding saat kemana-mana sewaktu di jakarta. Jarak Kota dari desa Penfui, daerah tempat kami tinggal hanya 12 km. Pantai hanya 4 km, sekitar 10 menit, kalau ngebut bisa 5 menit. Walau jalan menuju rumah kami masih banyak alang-alang dan jalan tanpa aspal, namun rumah kami puji Tuhan nyaman.
Keadaan ternyata tidak seseram yang kubayangkan, malah aku merasa nyaman, tenang dan hidup tanpa terburu-buru, di sini segalanya santai, orang berkendara tidak saling sikut, jarang terdengar klakson mobil, motor-pun mengalah saat ada mobil lewat, tidak mau menang sendiri, beda sekali dengan lalu lintas jakarta atau medan yang sangat riweh ruwet dan hectic sepanjang waktu.
Sunset dekat bandara |
Jalan Kaki dari rumah menuju Bandara |
Masih panjang jalan kami di Kupang, NTT, saat saya menulis ini baru 3 hari menjalani kehidupan di kota harapan ini. Semoga nanti ada yang lebih banyak untuk diceritakan saat saya sudah mulai menjalani hidup totally seperti native resident Kupang.
Welcome to Kupang .. J
Pantai Lasiana
Lasiana Beach |
Selain Oesapa, pantai terdekat dari tempat tinggal kami adalah pantai Lasiana, pantai yang sudah cukup teratur ini lumayan bersih dan memiliki MCK sendiri karena sudah diurus Pemda. Untuk pengunjung yang ingin menikmati keindahan pantai Lasiana ini, mereka hanya mematok 2000-3000 rupiah per orang untuk masuk area pantai. Kami bertiga dengan mobil hanya 5000 rupiah sudah bisa memasuki kawasan wisata ini. Pantai ini cukup bagus dan bersih.
Pantai Lasiana terletak di jalan Raya Timor di sebelah kiri jika kita berjalan dari arah Kupang. Tempatnya mudah ditemukan. Saat kami mengunjungi cuaca sangat cerah namun panas luar biasa. Padahal kita datang jam 15.30 WITA, namun mataharinya serasa matahari yang muncul pada tengah hari.
Icon Lasiana Beach |
Dermaga Beton |
Pohon lontar di mana-mana |
Pantai ini memiliki pemandangan yang sangat indah. Sebenarnya tepat di depan gerbang masuk pantai ada sebuah cafe yang cukup recommended di sini. Yaitu OCD Beach Cafe. Nanti tunggu reviewnya saat kami ke sana ya, kemarin cafenya sedang tutup, jadi lain kali nanti kita mampir.
The Justians |
Nona Luly in Action |
Wednesday, November 8, 2017
Pantai Oesapa
Pantai Warna Oesapa |
Kami kebetulan tinggal di daerah Penfui Timur, tidak jauh dari Bandara El-Tari. Kalau kata orang asli Kupang, daerah kami masih Desa, karena kota berjarak agak jauh dari bandara, sekitar 5-6 km. Walaupun tinggal masih di daerah pedesaan, namun jalan utama sudah aspal. Jalan menuju rumah masih sedikit yang berbatu karang putih, namun tidak terlalu menjadi masalah, walaupun debu pasir tiap hari cukup kencang tertiup jika angin kencang.
Pantai terdekat dari tempat tinggal kami adalah Oesapa. Pantai ini cukup ramai sore hingga malam hari karena sudah agak banyak cafe-cafe yang buka di sini. Awalnya hanya pedagang kaki lima saja dengan lampu yang seadanya, namun sekarang sudah banyak kafe yang agak rame, dengan penerangan yang cukup meriah dan memadai sehingga wilayah pantai Oesapa saat ini sudah mulali ‘hidup’ di waktu malam. Cuma kekurangannya hanya 1, tidak ada WC umum, sehingga tamu agak kesulitan jika membutuhkan toilet.
Harga makanan di sini sangat terjangkau, misalnya jagung bakar hanya Rp.5K-7K perbuah, dengan kopi susu dan minuman lainnya yang harganya kurang lebih Rp.5K per gelas. Adanya kafe-kafe tenda baru yang menjamur sejak Juli 2017 kemarin, menawarkan pilihan menu yang lebih beragam, ada nasi goreng, mie goreng dan lainnya. Tidak salah jika Pantai Oesapa ini menjadi pilihan anak-anak muda Kupang untuk hang-out dan jjs di saat akhir pekan/weekend.
Nona Suka Main Sands Lho.. |
Menanti Sunset |
Si Boss Lagi Makan Jagung |
Jagung Bakar & Sambal Lu'at hmmm |
Hasil Somay Pappie :) |
Gayanya si anak Kupang |
So Beautiful Sunset |
Subasuka Paradise
Restoran
yang berada di pinggir pantai ini merupakan resto yang direkomen hampir dari semua teman-teman suami di kantornya. Selain pemandangannya bagus sekali, harga yang
ditawarkan tidak mahal-mahal banget. Sebutlah untuk harga makanan seafood,
sangat terjangkau. Dengan harga Rp. 200 ribuan, kamu sudah bisa menikmati
beragam menu Kepiting, yang fresh, dengan bumbu yang sudah dipastikan enak di
lidah dan menggoda.
Sewaktu kami mampir ke resto ini,
ada 3 jenis gazebo pinggir laut yang memiliki minimum order. Untuk 2 gazebo
kecil, minimum order adalah Rp. 150k dan yang besar Rp. 250k. Cukup murah jika dibandingkan
dengan cafe pinggir laut di Jakarta macam Segarra cafe/Bandar Jakarta bukan?
Ikan Dan Kepiting yang Menggoda ...Hmm Yummy! |
Nona Luly senang lihat laut! |
Ini ikan asam manis! |
Beautiful Sunset |
Si Boss Lagi menikmati Es nya :D |
Es ini namanya Es apa ya lupa :D |
Subasuka Paradise Resto ini juga memiliki
Chapel untuk mengadakan pernikahan lho, nggak kalah dari venue menikah yang ada
di Bali :)
TheJustians |
Untuk merayakan ulangtahun, anniversary juga syukuran keluarga lainnya, Subasuka Restaurant ini sangat direkomendasikan. Restaurant ini terletak di pinggir jalan Timor Raya, tepat di depan pertigaan yang menghadap ke jalan menuju Bundaran PU.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Most Seen Posts
-
Life Begins at 40 Bandara International El-Tari Kupang Saya pernah berdoa kepada Tuhan, untuk diberikan kesempatan pindah ke daerah y...
-
Mencari makan di Kupang, NTT ini gampang-gampang susah. Pada awal-awal saya di sini, kira-kira masih 2-3 mingguan, cukup bingung mencari ...